Welcome to San's Zone Blog....Lets share together ^^

Senin, 20 Februari 2012

Bahaya Karbon Monoksida bagi Kesehatan

Menurut dr Budhi Antariksa SpP PhD dari Rumah Sakit Royal Taruma, Jakarta Barat, karbon monoksida (CO) adalah gas yang dihasilkan dari proses bahan bakar yang tidak sempurna. Karbon monoksida ini bersifat tak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, tidak mudah larut dalam air, tidak menyebabkan iritasi, beracun, dan berbahaya.
Gas karbon monoksida ini pun dapat berbentuk cairan pada suhu di bawah -129 derajat Celsius. “Karbon monoksida ini sifatnya seperti adjektiv stres. Pada kasus kesehatan, biasanya kita sering mendengar kasus orang meninggal di dalam mobil yang berawal dari mobil dinyalakan terus dan mengakibatkan terjadinya gas buang yang masuk ke dalam mobil tanpa terasa dan tak berbau,” ungkap dr Budhi.
Kendaraan bermotor merupakan sumber polutan karbon monoksida yang utama. Itulah mengapa, di kota besar yang padat lalu lintasnya terdapat banyak sekali gas karbon monoksida. Kadar karbon monoksida dalam udara relatif tinggi dibandingkan dengan di daerah pedesaan. Di daerah perkotaan, kecepatan pembersihan karbon monoksida dari udara sangat lambat. “Gas CO dapat terjadi secara alamiah, walaupun jumlahnya relatif sedikit,” sambungnya.
Karbon monoksida ini dapat masuk ke dalam tubuh melalui
pernapasan dan diapsorpsi di dalam peredaran darah. Itulah mengapa karbon monoksida akan berkaitan dengan haemoglobin yang berfungsi mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. “Kalau karbon monoksida terhisap ke dalam paru-paru, maka ia akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Ini dapat terjadi karena gas karbon monoksida bersifat racun metabolisme, ikut bereaksi secara metabolisme dengan darah,” terangnya.
Karbon monoksida yang terdapat di alam terbentuk dari salah satu proses pembakaran tak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon dan reaksi antara diokasida dan komponen yang mengandung karbon pada suhu tinggi. Pada suhu tinggi, karbondioksida terurai menjadi CO dan O.
Secara sederhana, pembakaran karbon dalam minyak bakar terjadi melalui beberapa tahap, seperti 2C + O2 -> 2CO, dan 2CO + O2 -> 2CO2. Reaksi pertama berlangsung sepuluh kali lebih cepat daripada reaksi itu, karbon monoksida merupakan intermediat pada reaksi pembakaran tersebut dan dapat merupakan produk akhir jika jumlah O, tidak cukup untuk melangsungkan reaksi kedua. Karbon monoksida juga dapat merupakan produk akhir meskipun jumlah oksigen di dalam campuran pembakaran cukup, tetapi antara minyak bakar dan udara tidak tercampur rata. Pencampuran yang tidak rata antara minyak bakar dengan tempat yang kekurangan oksigen. Semakin rendah perbandingan antara udara dengan minyak bakar, semakin tinggi jumlah karbon monoksida yang dihasilkan.
Gejala
Pada daerah yang macet tingkat bahayanya cukup tinggi terhadap kasus keracunan.Karbon monoksida tidak mengiritasi tetapi sangat berbahaya dan biasanya disebut dengan “silent killer”.
Keracunan karbon monoksida sukar didiagnosa karena gejalanya mirip dengan sakit flu yaitu didahului dengan sakit kepala, mual, muntah, lelah, lesi pada kulit, berkeringat banyak,pyrexia, pernapasan meningkat, mental dullness dan konfusion, gangguan penglihatan, konvulsi, hipotensi, takikardia, myocardinal, ischamea.
Kemungkinan dapat terjadi kematian akibat sukar bernafas dan udem paru – paru. Kematian terhadap kasus keracunan karbon monoksida disebabkan oleh kurangnya oksigen pada tingkat selular (cellular hypoxia). Sel darah merah tidak hanya mengikat oksigen melainkan juga gas lain. Kemampuan atau daya ikat ini berbeda untuk satu gas dengan gas lain. Sel darah merah mempunyai ikatan yang lebih kuat terhadap karbon monoksida dari pada oksigen. Sehingga kalau terdapat CO dan O2, sel darah merah akan cenderung berikatan dengan CO. Bila terhirup, karbon monoksida akan terbentuk dengan hemoglobin (Hb) dalam darah dan akan terbentuk karboksi haemoglobin sehingga oksigen tidak dapat terbawa. ini disebabkan karbon monoksida dapat mengikat 250 kali lebih cepat dari oksigen. Gas ini juga dapat mengganggu aktifitas selular lainnya yaitu dengan mengganggu fungsi organ yang menggunakan sejumlah besar oksigen seperti otak dan jantung.
Gejala – gejala klinis dari dari saturasi darah oleh karbon monoksida :
Kurang dari 20% Tidak ada gejala
20% Nafas menjadi sesak
30% Sakit kepala, lesu, mual, nadi dan pernapasan meningkat sedikit
30% – 40% Sakit kepala berat, kebingungan, hilang daya ingat, lemah, hilang daya koordinasi gerakan
40% – 50% Kebingungan makin meningkat, setengah sadar
60% – 70% Tidak sadar, kehilangan daya mengkontrol faeces dan urin
70% – 80% Koma, nadi menjadi tidak teratur, kematian karena kegagalan pernapasan
Pertolongan pertama
Bila terjadi keracunan karbon monoksida, maka untuk pertolongan pertama adalah menjauhkan korban dari sumber karbon monoksida dan memberikan oksigen murni. Korban harus diistirahatkan dan diusahakan tenang. Meningkatnya gerakan otot menyebabkan meningkatnya kebutuhan oksigen, sehingga persediaan oksigen untuk otak dapat berkurang. (Dra. Yuniar Marpaung)
Konsentrasi gas karbon monoksida di suatu ruangan akan naik jika di ruangan itu ada orang yang merokok. Orang yang merokok akan mengeluarkan asap rokok yang mengandung gas karbon monoksida dengan konsentrasi lebih dari 20.000 ppm yang kemudian menjadi encer sekitar 400-5000 ppm selama dihisap. Konsentrasi gas karbon monoksida yang tinggi di dalam asap rokok menyebabkan kandungan karbon monoksida haemoglobin dalam darah orang yang merokok meningkat. Keadaan seperti ini tentu akan membahayakan kesehatan orang yang merokok. Orang yang merokok dalam waktu cukup lama atau perokok berat, konsentrasi karbon monoksida haemoglobin dalam darahnya akan mencapai sekitar 6,9 persen.
Sementara itu, pengaruh konsentrasi gas karbon monoksida di udara yang mencapai 100 ppm terhadap tanaman hampir tidak ada, terlebih pada tanaman tingkat tinggi. Pasalnya, oksidasi dari senyawa karbon tidak hanya terjadi pada mobil ataupun pembakaran, tetapi juga pada tubuh. Dalam kasus ini, produk dari reaksi sebagian besar berupa CO2, ketika kita akan menghembuskan napas.
Pencegahan
Penyerangan karbon monoksida memang tak dapat diduga. Proses penyerangannya pun begitu cepat, terlebih jika berada dalam sebuah ruangan tertutup. Ada hal yang dapat dilakukan agar kita dapat terhindar dari karbon monoksida.
Pertama, kita melakukan pemeriksaan rutin terhadap sistem pembuangan kendaraan setiap tahunnya. Kebocoran sekecil apapun itu pada sistem pembuangannya bisa memicu gas beracun karbon monoksida masuk ke dalam mobil.
Kedua, jangan pernah menghidupkan mobil di dalam garasi yang tertutup karena karbon monoksida bisa cepat memenuhi ruangan tersebut. Sebaiknya jendela dan pintu mobil dibuka ketika mobil berhenti, sehingga sirkulasi udara berjalan dengan baik dan udara luar bisa menetralisir karbon monoksida.
Ketiga, jika ingin beristirahat dalam mobil, jangan menutup semua kaca dan pintu ketika penyejuk udara masih menyala. Banyak kasus kematian dalam mobil akibat tertidur dan keracunan gas karbon monoksida.
Keempat, jangan lupa menggunakan masker atau penutup mulut saat mengendarai sepeda motor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar